Jumat, 18 September 2015

PRESIDEN JOKOWI DAN HANCURNYA PERTANIAN MASA DEPAN



Lama tak menulis, membuat fikiranku jadi beku, tumpul bahkan mendekati idiot. Lama berfikir tentang tema tulisan, akhirnya saya putuskan untuk menulis konsep pertanian Jokowi dan dampaknya bagi pertanian masa depan. Saya sudah yakin dari awal bahwa pertanian di tangan Jokowi akan mempercepat kehancuran. Kesadaran ini lahir ketika Jokowi menghianati konsep kedaulatan pangan yang diusung sendiri kemudian dengan entengnya dia campakkan sendiri.

Ulasan ini berdasarkan pernyataan Jokowi di media. Media yang saya pilih adalah media yang sedari awal saya duga sangat “mesra” dengan Jokowi. Ulasan pertama ini adalah berita yang diterbitkan oleh detik.com http://finance.detik.com/read/2015/05/10/172658/2911113/4/jokowi-ingin-merauke-jadi-pusat-pertanian-modern-pertama-di-ri. Pernyataan di media inilah yang menjadi dasar kritikan tulisan ini, membongkar motif dan skema pertanian Jokowi hingga kesimpulan bisa dianggap sahih.

Berdasarkan pernyataan presiden Jokowi di detik.com,  kehancuran masa depan pertanian di tangan Jokowi dimulai dari pertama,  Merauke, Papua, sebagai pusat pertanian pangan berbasis teknologi modern pertama di Indonesia. Tidak mungkin bisa dikerjakan pakai tangan, sampai kiamat tidak mungkin. Harus pakai mesin modern. Nanti Merauke yang pertama pakai mesin modern, di Indonesia belum ada. Pertanyaan pertama yang menggaggu saya adalah kenapa harus Papua? Apakah karena Jawa terlalu penuh manusianya? Pernahkah Jokowi membaca sejarah tentang pangan masyarakat Papua? Teknologi modren yang dimaksud seperti apa?. Kecerobohan kita tentang beras sudah pernah terjadi. Kegagalan pembukaan lahan 1 juta hektar di Kalimantan menyisakan kabut asap ketika kemarau, perampasan lahan, pembabatan kayu gratis, rusaknya ekologi tanah, hancurnya ekosistem. Lalu teknologi modren apa yang akan digunakan? Kalau yang dimaksud teknologi modren adalah mekanisasi pertanian, sebelum dilaksanakan saya yakin akan gagal. Mekanisasi pertanian selalu diikuti dengan monokultur. Monokultur selalu dikuti ledakan hama dan kerentanan gagal panen. Konsep monokultur sudah mulai ditinggalkan sebab sekarang semua praktisi pertanian sedang menuju polikultur kembali.

Bila menilik  pernyataan lanjutannya, maka terlihat bahwa Presiden Jokowi tidak faham pertanian. Pertanyaannya bukanlah tentang mesin yang diadakan secara impor atau dipenuhi dari dalam negeri. Tapi fungsi mesin yang belum dicoba namun sudah diklaiam berfungsi secara massal. Kalaulah teknologi yang dimaksud bukan hanya mekanisasi pertanian tapi teknologi modren maka yang dimaksud adalah rekaya genetika. Teknologi termodren adalah rekaya teknologi dan itu sudah pernah dicoba kegagalannya sebelum Presiden Jokowi menjabat. Ingat setiap jengkal tanah itu berbeda sifat fisik, Biologi dan Kimianya, tidak bisa dipaksakan setiap mekanisasi dan teknologi yang sukses di negara lain secara mentah ke dalam suatu ekologi tanah di Indonesia.

Pernyataan kedua, lahan pertanian berbasis modern butuh dukungan investor. Selain itu juga butuh dukungan masyarakat selaku pemilik lahan, termasuk soal skema bagi hasil dengan investor. Bertani adalah budaya, bertani untuk menghasilkan pangan bagi rakyat. Konsep pertanian Jokowi secara nyata adalah berdagang pangan dengan rakyatnya. Terlihat nyata bahwa tidak ada bedaanya antara perusahaan dengan pemerintahan Jokowi. Seharusnya yang dilakukan Jokowi sebagai Presiden adalah mendorong rakyat untuk bertani dengan dukungan negara melalui pendampingan dana, pelatihan dan penyediaan benih, dan distribusi lahan. Sehingga bertani adalah pemenuhan pangan oleh petani bukan korporasi dan ekonomi pertanian bergerak di petani bukan di korporasi.

Pernyataan ketiga, bukan hanya jadi lumbungnya Indonesia, ini ketergantungan dunia kepada pangan akan ada di Merauke ini. Saya punya target 2 tahun, bisa Pak Menteri yang 1,2 juta hektar? Ditawar 3 tahun. Bisa Pak Bupati? Oke. Nanti kerjasamanya Pak Mentan dan Pak Bupati. Tiga tahun targetnya. Saya akan lihat perkembangannya, 3 tahun harus tercapai. Negara Indonesia adalah importir pangan. Setiap import pangan (Padi, jagung dan kedalai) menaik lebih dari 100%, sumber data silahkan rangkum dari situs resmi perdagangan negara. Kemustahilan juga dipertontonkan dengan target tidak terukur yakni 3 tahun. Bagaimana merealisasikan target 3 tahun jika mesin dan teknologinya saja tidak jelas bahkan belum ada, lahannya tidak jelas dan petaninya juga tidak jelas. Bak kartu-kartu Jokowi, Presiden juga telah membual pangan di Merauke. Berhentilah bekerja Presiden sebab hasil pekerjaan bapak mempercepat hancurnya pertanian sekarang bahkan di masa yang akan datang. Bogor 18 September 2015.